TebingBoyer. Tempat ini mendadak ramai dan banyak diperbincangkan di medsos. Pemburu wisata selfie atau swafoto berdatangan keTebingBoyer. Siapasangka tebing kokoh yang berdiri di tepi WadukJatiluhur, tepatnya di wilayah Desa Tajur Sindang, KecamatanSukatani,Purwakarta, dahulunya tempat penggilingan batu.
Belakangan lokasi itu banyak dikunjungi wisatawan. Orang orang menyebutnyaTebingBoyer. Taksulit untuk mencapaiTebingBoyer.
Dari Kantor Desa Tajur Sindang, jarak ke batas tebing hanya sekitar dua kilometer. Hingga ke pintu masuk, pengunjung masih bisa memakai kendaraan roda empat. Namun, untuk sampai ke puncak, pengunjung masih harus menempuh 1,5 kilometer jalan tanah dan batu yang sempit dan berkelok.
Sepeda motor masih bisa lewat, tapi dibutuhkan keberanian dan tekad yang bulat. Cara yang aman adalah berjalan kaki. Selain aman, cara ini juga memiliki banyak keuntungan karena pengunjung bisa lebih leluasa untuk berhenti, menikmati pemandangan, dan mengabadikannya dengan kamera foto.
Penjabat Kepala Desa Tajur Sindang, Pusparini, mengatakan, dulu tebing ini dipergunakan sebagai tempat penggilingan batu andesit. Batu hasil penggilingan batu andesit inilah yang kemudian dipergunakan untuk pembangunan WadukJatiluhurtahun 1957. Puspa mengatakan, sejumlah perbaikan tengah mereka lakukan, terutama pada akses jalan.
"Perbaikannya dilakukan oleh karang taruna. Setelah itu rencananya akan diresmikan dan dibuka untuk umum," ujar Puspa di Kantor Desa Tajur Sindang, Rabu (8/7/2020). Tebing Boyer ini, kata Puspa, belakangan kerap menjadi perbincangan masyarakat di dunia maya, terutama dalam dua bulan terakhir. "Itu karena ada banyak spot pemandangan yang indah yang bisa didapat di sana," ujarnya.
Puspa mengatakan, secara administratif,TebingBoyerini masuk ke kawasan yang dimiliki oleh PT Jasa Tirta (PJT). "Total areanya sekitar empat hektare. Tapi, tebingnya hanya sekitar 100 meteran. Karang taruna sudah mengajukan izin ke PJT untuk dapat mengelola tempat ini sebagai objek wisata," ujarnya. Salah seorang pengunjung, Adel (18), warga Ubrug,Jatiluhur, mengaku baru pertama kali datang keTebingBoyerini. Dia mengaku mengetahui lokasi ini dari media sosial.
"Tempatnya indah. Kita bisa lihat WadukJatiluhurdari dataran tinggi, sampai terlihat sejumlah keramba jaring apung yang ada di waduk ini. Tapi memang butuh energi untuk ke sininya. Jalanannya terjal dan ekstrem," ujarnya saat ditemui di Tebing Bower, kemarin. Banyaknya pepohonan di puncak Tebing Bower, kata Adel, membuat tebing ini nyaman dan sejuk. "Tinggal jalannya saja diperbaiki lagi," ujarnya.
Dilihat sekilas,TebingBoyerseperti sebuah bangunan benteng yang tekstur dindingnya dari bebatuan. Meski sangat indah, pengunjung harus berhati hati ketika berada di puncak tebing ini. Sebab, di lokasi ini belum ada pagar pengaman. Pengunjung lainnya, Riadi Habibi (35), mengatakan, tidak mudah untuk mencapai puncak tebing.
"Kendaraannya harus betul betul fit. Tapi, saat sampai, perjuangan itu terbayar karena keindahan pemandangannya. Saya kira awalnya ini benteng masa kemerdekaan. Tapi, ternyata bekas penggilingan batu," ujarnya. Jika cuaca cerah, saat terbaik datang ke lokasi ini adalah menjelang sore. Pengunjung tak perlu repot membawa bekal karena di sekitar tebing sudah berdiri banyak warung.
Menurut Puspa, sekitar 200 meter dari tebing juga terdapat aliran air yang sangat jernih. "Jika kemarau, aliran itu kering. Tapi, jika musim hujan, air jatuh dari atas seperti air terjun," kata Puspa.