Program CSR Pendidikan: Mengedepankan Kualitas, Bukan Sekadar Membangun Sekolah

Carut marut dunia pendidikan di era globalisasi memberikan sumbangsih atas inovasi pendidikan berupa program CSR pendidikan. Layaknya program-program corporate social responsibility (CSR) lainnya, rencana ini juga dimaksudkan untuk memberikan kontribusi nyata pada masyarakat di sekitarnya, sekaligus menciptakan pembangunan berkelanjutan. Nah, untuk alasan inilah, Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia saat ini, meminta perusahaan-perusahaan swasta yang tertarik membuat program ini untuk mengedepankan kualitas, bukan sekadar menambah kuantitas lembaga pendidikan saja.

Salah satu program CSR pendidikan yang sudah mengaplikasikan ajakan tersebut adalah One4One dari ASI Asia Pacific. Dilansir langsung dari situsnya, https://onefour.one/, program ini memberikan asesmen bimbingan karier gratis kepada siswa-siswi SMA dan SMK. Adapun bentuk asesmen tersebut akan memberikan informasi lengkap soal minat pekerjaan, motivasi finansial, potensi diri, serta rekomendasi pekerjaan yang sesuai untuk tiap pelajar. Dengan adanya program ini, arah karier siswa-siswi dapat terstruktur dengan baik. Walhasil, kualitas SDM Indonesia di masa yang akan datang bisa meningkat pula.

Selain program seperti One4One, perusahaan-perusahaan penyelenggara CSR pendidikan juga dapat melakukan program mereka dalam bentuk seperti berikut:

  • Mengadopsi sistem pendidikan di kota-kota besar untuk sekolah-sekolah di daerah 3T

Kita semua tahu bahwa mutu atau bobot pendidikan pada sekolah-sekolah di kota besar, seperti di Jabodetabek, Surabaya, Bali, atau Medan, belum merata dengan sekolah-sekolah di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) Indonesia seperti di Nias, Sumbawa, Nunukan, ataupun Jayawijaya. Oleh sebab itu, Nadiem Makarim meminta perusahaan pengelola CSR pendidikan untuk mengadopsi sistem pendidikan sekolah di kota-kota besar dan menerapkannya di wilayah 3T. Dengan begitu, jaminan hasil pembangunan berkelanjutan terhadap SDM Indonesia bisa merata hingga ke pelosok. Akan lebih baik lagi jika perusahaan swasta mampu memberikan sumbangan berupa sarana dan prasarana belajar-mengajar yang dibutuhkan sekolah-sekolah di daerah 3T.

  • Meningkatkan kualitas tenaga pengajar

Cara lain yang bisa ditempuh oleh penyelenggara CSR pendidikan ialah dengan meningkatkan kualitas tenaga pengajar atau guru. Pasalnya, kualitas diri dan finansial seorang pengajar dapat memengaruhi hasil atau output berupa ilmu yang diberikannya kepada siswa-siswi. Artinya, jika seorang pengajar dicukupkan pengetahuan dan keuangannya, kinerjanya akan lebih meningkat. Salah satu contoh tindakan konkret untuk meningkatkan kualitas tenaga pengajar ialah dengan memberikan pelatihan (training) terkait cara mengajar di dalam kelas, mengelola keuangan, sampai memberikan wawasan baru.

Di luar dua tahapan di atas, Pengamat dan Praktisi Pendidikan dari CERDAS (Center for Education Regulations and Development Analysis), Indra Charismiadji, mengungkapkan agar rencana di atas berhasil secara merata, regulasi sistem pendidikan di Indonesia perlu ikut diperbaiki juga. Bahkan menurutnya, sebelum terjun mengerjakan program-program di atas, aturan-aturan soal sistem pendidikan harus dirombak terlebih dulu. Misalnya adalah soal kurikulum pendidikan. Alangkah baiknya kurikulum pendidikan dalam negeri dibuat sesuai dengan kualitas SDM yang ada. Jangan sampai kurikulum dibuat terlalu tinggi mengikuti standar sekolah internasional, sementara kualitas pelajar masih jauh dari situ. Pada akhirnya, hal ini tidak akan membuahkan hasil apa-apa.

 

 

Ketika regulasi pendidikan telah diperbaiki, nantinya program CSR tersebut bisa tepat sasaran dan memberikan hasil yang baik untuk peningkatankualitas pendidikan di masa depan. Dengan adanya kerja sama sekaligus keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan,kualitas pendidikan Indonesia bisa menjadi lebih baik.

 

admin

Back to top