Pengurus Lembaga Dakwah NU dan para Da'i sedunia menggelar halal bi halal virtual bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, pada Rabu (10/6/2020). Halal bi halal virtual dilakukan via Zoom Meeting dan disiarkan langsung di NU Channel di Youtube. Hadir dalam Halal bi Halal virtual kali ini jajaran pengurus PBNU, diantaranya Sekjen PBNU, H A Helmy Faishal Zaini, Bendahara Umum H. Bina Suhendra, Ketua PBNU K.H. Abdul Manan Ghani, Ketua Lembaga Dakwa PBNU, KH Agus Salim, serta seluruh pengurus dari daerah dan penjuru dunia.
"Para peserta yang hadir secara virtual halal bi halal ini, mari kita bersyukur sampai hari ini dalam keadaan sehat, tentram, tenang dan hidup satu sama lain dengan penuh damai, saling mencintai, saling menghormati. Itulah ciri khas warga NU, ciri khas Ahlussunnah wal Jamaah, juga ciri khas Islam Nusantara," ujar KH Said Aqil Siroj. Dengan adanya halal bi halal, kata KH Said Aqil Siroj, kita membangun solidaritas, memperkuat ukhuwah sesama manusia, sesama Islam, dan warga Nahdliyin. Dia menegaskan, lembaga dakwah adalah sangat penting di NU.
Terkait dakwah, KH Said Aqil Siroj mengatakan, ada banyak ayat Al Quran bisa menjadi pedoman bagi para pendakwah. "Yang paling baik, yang paling mulia adalah orang yang ucapannya baik, tutur katanya baik, redaksi omongannya menarik," ucapya. "Bukan hanya sebatas ngomong, omongannya, bicaranya, tutur katanya dibuktikan dengan perbuatannya. Kalau sudah pembicaraannya baik, perkataannya indah, amalnya sholeh, maka layak orang itu mengatakan, sesungguhnya saya orang Islam," jelasnya.
Kenapa harus demikian? Karena kata dia, lembaga dakwah meneruskan risalah Nabi Muhammad SAW. "Kita tidak sembarangan ini. Lembaga dakwah ini meneruskan risalah Nabi Muhammad. Luar biasa misi kita ini, yakni membawa berita gembira, membawa janji janji Allah yang menggembirakan, dan membawa peringatan peringatan agar manusia terhindar dari hal hal yang mencelakakan," ujarnya. Karena itu kata dia, tugas Lembaga Dakwah itu sangat mulia, sekaligus berat. Karena Lembaga dakwa adalah penerus dakwah Nabi Muhammad yang menjanjikan keselamatan, kebahagiaan, keberuntungan manusia di dunia dan akhirat.
Dia mengingatkan, tugas dakwah itu bukan sesuatu yang mudah dan asal bicara tentang sesuatu hal, tanpa disertai panutan dalam perilaku. "Tutur katanya baik dan benar, bisa dijadikan panutan. Perilakunya, tindakan, sikapnya juga harus bisa menjadi teladan yang bisa diikuti oleh siapapun," katanya. Terkait metode dakwah, menurut dia, pertama harus bertahap atau tidak sekaligus.
Contohnya terkait salat. Seorang pendakwah tidak perlu langsung mengatakan harus salat lima waktu, Qabliyah dan Ba'diyah, Dhuha, juga Tahajud. Karena menurut dia, bila itu yang dilakukan, maka itu hanya akan membuat orang takut untuk memeluk Islam. Kedua, kata dia, dakwah itu harus memperingan.
Artinya, dia menjelaskan, apa yang disampaikan kepada masyarakat itu ringan atau tidak berat. Cara dakwah Wali Songo dan para ulama pendahulu kata dia, bisa menjadi contoh. Karena memberikan gambaran agama Islam itu bukanlah sesuatu yang memberatkan, tapi ringan atau gampang dijalankan. "Misalnya, salat, kalau tidak bisa berdiri, ya duduk. Kalau tidak bisa duduk ya berbaring. Yang ringan ringan lah yang disampaikan. Setelah itu nanti baru disampaikan yang wajib," jelasnya.
Ketiga, kata dia, dakwah itu jangan menyinggung, menyakiti, menyindir, membikin malu pendengar. "Jangan seperti menuduh. Kamu ini orang jahat, kamu ini kapan sih tobat. Jangan begitu bahasanya. Jangan bicara kasar," ucapnya. "Allah saja menggunakan bahasa yang sangat lembut," jelasnya.
Terakhir, kata dia, dakwah itu memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab itu, imbuh dia, ketika dakwah yang baik disampaikannya diikuti oleh mereka yang mendegarkan dan melaksakannya, maka itu akan mendatangkan pahala. "Namun sebaliknya, jika dakwah itu adalah sesuatu yang salah, tidak baik, dan keliru yang tidak sengaja atau sengaja diikuti oleh mereka yang mendengarkan, terus diikuti oleh keluarganya, betapa besar dosa saya," tegasnya.(*)